Wartakini.id – Pilgub Sulsel semakin memanas. Dua pasangan calon gubernur dan wakil gubernur, Danny Pomanto-Azhar Arsyad dan Andi Sudirman Sulaiman-Fatmawati Rusdi, berlomba-lomba menggaungkan janji pembangunan inklusif dan anti-diskriminasi. Namun, benarkah janji tersebut sejalan dengan rekam jejak mereka?
Pasangan Danny-Azhar, dalam debat Pilgub Sulsel di Hotel Claro, Makassar (10/11/2024), menyatakan komitmennya untuk pembangunan yang merata. Azhar, Ketua PKB Sulsel, menegaskan, "Rakyat berhak hidup sejahtera tanpa diskriminasi. Setiap warga, etnis, budaya, dan tradisinya,". Ia menekankan pentingnya keamanan dan kenyamanan bagi seluruh warga Sulsel tanpa memandang latar belakang. "Mereka berhak aman dan nyaman di tanah kelahiran mereka. Tak boleh ada yang terpinggirkan," tegas Azhar.
Senada dengan Azhar, Danny Pomanto juga menekankan kehadiran pemerintah untuk melindungi kelompok-kelompok yang selama ini terpinggirkan. "Tak boleh lagi ada yang terabaikan dalam pembangunan. Pemerintah harus menjadi pelindung rakyat, bukan meninggalkan mereka yang berjuang sendirian," ujar mantan Wali Kota Makassar dua periode itu. Danny bahkan merinci kelompok-kelompok yang menjadi prioritasnya, mulai dari petani, ibu rumah tangga, penyandang disabilitas, pelajar, mahasiswa, hingga pekerja informal seperti tukang kayu, kurir, dan penata rias.
Namun, janji manis ini perlu dikaji lebih dalam. Publik perlu mencermati rekam jejak kedua pasangan calon dalam menjalankan pemerintahan sebelumnya. Seberapa besar komitmen mereka terhadap kesetaraan gender dan pemberdayaan kelompok minoritas? Apakah janji inklusivitas ini hanya sebatas strategi kampanye untuk menarik simpati pemilih, atau merupakan komitmen nyata yang akan diwujudkan jika terpilih? Pertanyaan-pertanyaan ini perlu dijawab secara transparan oleh kedua pasangan calon untuk memastikan janji mereka bukan hanya sekedar retorika politik. Pemilih cerdas tentu akan menilai lebih dari sekadar kata-kata.
Tinggalkan komentar