Berawal dari laporan Wartakini.id, tiga anak muda Surabaya, Raymond Kurniawan Tjiadi, Florencia Dewi Marcelina, dan Angeline Ariesta, sukses menggo internasional lewat usaha keramik mereka, Lumosh. Bayangkan, dari sebuah rumah di Jalan Ngagel Jaya Selatan No 71, Surabaya yang disulap menjadi kantor kecil, mereka kini memasarkan produknya hingga ke Bahrain.
Related Post
Raymond, yang sibuk menghitung biaya produksi, dan Dewi, yang fokus memasarkan produk lewat marketplace dan media sosial, berkolaborasi dengan Angeline di Probolinggo. Di sana, sekitar 40 perajin andal tangan mereka untuk mewujudkan desain-desain unik Lumosh. Prosesnya pun tak main-main. Tanah liat dibentuk menjadi berbagai perlengkapan rumah tangga, mulai dari cangkir hingga tumbler, lalu melalui proses pembakaran dua tahap dengan suhu ekstrem, 800 dan 1200 derajat Celcius. Sentuhan akhir berupa lukisan tangan pada setiap produk, menghasilkan karya yang tak hanya fungsional, tetapi juga estetis dan unik.
"Piring akan tetap menjadi piring, tapi kami ingin memberikan nilai lebih dari sekadar fungsi," ujar Dewi, menjelaskan filosofi di balik setiap produk Lumosh yang dibuat secara handmade. Keunikan dan kualitas inilah yang membuat keramik Lumosh berhasil menembus pasar internasional. Kisah sukses Lumosh membuktikan bahwa kreativitas dan kerja keras anak muda Indonesia mampu bersaing di kancah global.
Tinggalkan komentar