Jakarta, WARTAKINI.id – Sebuah fakta terkait penanganan Covid-19 di tanah air diungkapkan Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (PMK) Muhadjir Effendy.
Seperti dikutip laman resmi Kemenko PMK, Jumat (12/2/2021), Muhadjir bilang kalau jumlah petugas pelacak kontak (contact tracer) di Indonesia sangat minim.
“Saya kaget waktu dapat laporan jumlah tracer kita tidak sampai lima ribu di seluruh Indonesia dan hampir 1.600 lebih berada di DKI Jakarta. Jadi sebetulnya memang selama ini kalau dilihat dari jumlah tracer-nya kita belum melakukan upaya 3T yang serius,” katanya.
Merespons hal itu, epidemiolog asal Universitas Griffith Australia Dicky Budiman menilai, jumlah itu masih terlalu minim untuk jumlah penduduk Indonesia yang mencapai 270,2 juta jiwa. Ditambah jumlah angka terpapar saat ini juga terus meningkat.
“Sangat tidak cukup. Idealnya dalam kondisi seperti ini kita punya 30 tracer per 100.000 penduduk,” ujarnya kepada WARTAKINI.id, Jumat (12/2/2021).
Dibandingkan dengan jumlah pelacak kontak di Wuhan yang mencapai 10 ribuan personel untuk menangani 10 juta penduduk, jelas jumlah di RI sangat minim. Ditambah lagi di Wuhan menggunakan sistem digital tracing berbekal aplikasi dari smartphone.
Jadi, menurut Dicky, pantas saja negara lain bisa lebih sukses mengendalikan Covid-19 yang lebih dini bisa melakukan pelacakan orang yang terkena paparan Covid -19. Ini menunjukan kesiapan dalam merespons wabah tersebut.
“Artinya selama ini memang masih kurang fokus untuk kesehatan, baru mau sekarang ini. Sebelumnya ekonomi lebih difokuskan,” katanya.
[Gambas:Video CNBC]
(miq/miq)
Sumber Berita