Wartakini.id – Industri otomotif Jepang bergetar! Di tengah gempuran mobil-mobil China yang semakin agresif, dua raksasa otomotif, Nissan dan Honda, dikabarkan tengah mempertimbangkan langkah drastis: merger. Langkah ini dinilai sebagai upaya penyelamatan diri Nissan yang tengah terpuruk, dan sekaligus meningkatkan daya saing Honda yang juga menghadapi tantangan.

Related Post
Nissan, dengan valuasi USD 9 miliar, sedang berjuang keras. Perusahaan yang disebut-sebut nyaris kolaps ini tengah melakukan pembenahan besar-besaran, termasuk pemotongan 9.000 pekerjaan dan pengurangan kapasitas manufaktur hingga 20%. Meski demikian, proyeksi margin operasi divisi otomotif Nissan hanya diprediksi mencapai 0,4% pada tahun fiskal Maret 2026.

Honda, dengan valuasi USD 40 miliar, kondisi keuangannya relatif lebih baik, namun tetap berada di bawah standar. Margin operasi bisnis pembuatan mobilnya hanya 3,6%, jauh tertinggal dari divisi sepeda motornya yang mencapai 18%.
Merger kedua perusahaan ini diharapkan mampu menciptakan sinergi yang kuat. Penggabungan sumber daya akan menghasilkan penghematan biaya signifikan di berbagai sektor, mulai dari administrasi dan pengadaan hingga pabrik dan riset. Pendapatan pun diproyeksikan meningkat, memungkinkan investasi yang lebih efisien dan efektif di sektor kendaraan listrik dan teknologi otomotif lainnya. Gabungan Nissan dan Honda diperkirakan akan mampu menjual hampir 6 juta unit kendaraan pada tahun fiskal 2026.
Informasi yang beredar menyebutkan Nissan bahkan bersedia menjadikan Honda sebagai pemegang saham jangka panjang. Langkah berani ini menunjukkan keseriusan Nissan untuk bertahan di tengah persaingan global yang semakin ketat, khususnya dari produsen otomotif China yang tengah menunjukkan kemajuan pesat. Akankah merger ini benar-benar terjadi? Kita tunggu saja perkembangan selanjutnya.
Tinggalkan komentar