Pemerintah terus berupaya mempercepat pembuatan vaksin Covid-19, yang ditargetkan akan siap pada awal 2021. Harapan baik kepada masyarakat di tengah pandemi ini seharusnya tidak dinodai dengan informasi yang membuat gaduh.
Direktur Eksekutif Indonesia Watch for Democracy (IWD) Endang Tirtana pada Rabu (23/9) mengungkapkan bahwa Indonesia telah menggandeng sejumlah perusahaan farmasi terkemuka dunia untuk memproduksi vaksin. Ini merupakan bukti keseriusan pemerintah untuk memproteksi kesehatan seluruh masyarakat Indonesia.
Endang menyayangkan pernyataan Professor Nidom Foundation (PNF) terkait bahaya vaksin Covid-19. Informasi semacam itu seharusnya menjadi ranah perbincangan akademis untuk mengembangkan vaksin yang lebih baik.
“Kita sedang berupaya mencari jalan keluar dari pandemi, salah satunya dengan menciptakan vaksin. Jangan sampai salah satu harapan yang dinanti-nanti masyarakat dihancurkan juga. Pemerintah tengah melakukan uji klinis, mesti harus didukung, jangan dihancurkan dengan informasi yang menakuti-nakuti masyarkat,” kata Endang.
Endang menilai, banyaknya informasi yang berkembang melahirkan asumsi yang berbeda-beda di tengah masyarakat. Optimisme yang telah muncul dengan dengan adanya vaksin sebagai solusi akhir pandemi bisa berbalik kembali menjadi pesimisme.
“Vaksin adalah salah satu solusi untuk melawan virus. Dalam prosesnya, pemerintah tidak pernah abai pada kesehatan masyarakat. Untuk itu, langkah pemerintah ini seharusnya didukung dengan pernyataan dan informasi yang memberi harapan kepada masyarakat, serta kepatuhan terhadap protokol kesehatan,” tegas Endang.
Dengan adanya vaksin, lanjut Endang, aspek kesehatan dapat tertangani dan stimulus ekonomi dalam negeri berjalan menuju tahap recovery atau pemulihan yang bersifat menyeluruh.
“Ini sejalan dengan visi Pak Jokowi, mengutamakan sektor kesehatan di atas sektor lainnya. Dengan masyarakat yang sehat, maka ekonomi juga akan membaik dengan sendirinya,” terang Endang.
Sebagai catatan, Tim Riset Corona & Formulasi Vaksin PNF pimpinan Prof. Dr. Chairul Anwar Nidom pernah mengklaim telah mencapai tahap finalisasi pembuatan antiviral Covid-19, berupa pengujian dan pemaksimalan akhir.
Antiviral yang dikembangkan tersebut berasal dari tanaman herbal curcumin seperti jahe, temulawak dan kunyit yang dibuat dalam bentuk serbuk obat. PNF menyatakan bahwa tahapan uji coba bisa dilakukan dalam waktu yang tidak terlalu lama. Selanjutnya akan ditawarkan kepada pemerintah atau farmasi swasta untuk dijadikan obat.
“Hasil ujinya sampai hari ini kita belum tahu. Untuk itu, jangan terlalu gegabah menyampaikan sesuatu kepada publik yang belum jelas hasilnya dan dan diuji secara klinis,” tegas Endang.
Endang mengajak semua pihak untuk berhenti mencari popularitas, sensasi dan keuntungan pribadi dengan mengorbankan rakyat. Karena saat pandemi, seluruh lapisan masyarakat mengalami kesulitan. (*)