Wartakini.id – Lebih dari 70.000 kendaraan listrik (EV) asal China terdampar di pelabuhan-pelabuhan Brasil. Fenomena ini menjadi bukti nyata betapa sulitnya bagi produsen otomotif Negeri Tirai Bambu untuk mempertahankan laju pertumbuhan mereka yang pesat di pasar internasional. BYD, salah satu pemain utama, terpaksa menghadapi kenyataan pahit ini.
Related Post
Brasil, sebagai pasar otomotif terbesar keenam dunia, sejatinya diproyeksikan sebagai lahan subur bagi ekspansi BYD dan produsen mobil China lainnya seperti Great Wall Motor. Kesuksesan di negara ini diharapkan dapat mendongkrak prospek mereka di kawasan Amerika Latin. Namun, strategi mereka menemui kendala. Upaya menghindari tarif impor baru justru mengakibatkan penumpukan unit kendaraan di pelabuhan.
Situasi ini diperparah oleh respon kompetitor domestik yang menawarkan pilihan kendaraan listrik dan investasi tambahan di sektor ini. Akibatnya, pertumbuhan pasar EV di Brasil melambat, mengikuti tren global. Ironisnya, BYD yang diprediksi mencapai penjualan senilai USD 100 miliar tahun ini, menjadikan Brasil sebagai pasar luar negeri terbesarnya. Kegagalan ini terjadi di tengah penolakan dari pemerintah AS dan Eropa terhadap produk mereka.
Satu dekade lalu, Brasil memberikan insentif berupa pembebasan pajak impor 35 persen untuk kendaraan listrik dan hybrid. Kebijakan ini menarik minat produsen otomotif China dan menciptakan pasar baru di negara dengan populasi lebih dari 200 juta jiwa. Namun, strategi yang tadinya menjanjikan kini berbalik menjadi mimpi buruk bagi BYD dan perusahaan sejenisnya. Pertanyaan besar kini muncul: apakah produsen otomotif China mampu mengatasi tantangan ini dan merebut kembali momentum pertumbuhan mereka di pasar Brasil?
Tinggalkan komentar