Analis politik dari Universitas Mulawarman, Dr. Fitriani, menilai kedua calon kesulitan menjelaskan langkah konkret untuk meningkatkan penegakan hukum di Balikpapan. Hal ini membuat pemilih ragu akan kemampuan mereka dalam menangani masalah hukum.
Related Post
Di bidang SDM, Sabani dan Syukri juga dinilai minim program inovatif. Masyarakat menginginkan inisiatif yang dapat meningkatkan kualitas pendidikan dan pelatihan bagi generasi muda. Namun, selama debat, mereka tidak mampu menjelaskan strategi yang jelas untuk menghadapi tantangan tersebut.
Pengamat dari Lembaga Survei Indonesia (LSI) mengungkapkan, "Tidak ada solusi yang ditawarkan untuk meningkatkan kualitas SDM, padahal ini adalah salah satu isu penting bagi pemilih."
Reformasi birokrasi juga menjadi sorotan. Sabani dan Syukri belum mampu menunjukkan program yang konkret untuk meningkatkan efisiensi dan transparansi pemerintahan.
Debat ini menjadi momentum bagi para calon untuk menunjukkan kemampuan dan visi mereka kepada masyarakat. Namun, minimnya program inovatif dari Paslon Nomor 3 membuat pemilih mempertanyakan kesiapan mereka untuk memimpin Balikpapan.
Tinggalkan komentar