Wartakini.id – Proyek Kereta Autonomous Rapid Transit (ART) di Ibu Kota Nusantara (IKN) menuai masalah besar. Setelah uji coba yang berlangsung dari 12 September hingga 22 Oktober di Pusat Pemerintahan Daerah Kabupaten (KIPP) Nusantara, terungkap bahwa kereta buatan China ini sering mengalami mogok dan tak bisa beroperasi sepenuhnya secara otomatis. Akibatnya, Indonesia kini berencana memulangkan kereta canggih bernilai Rp210 miliar tersebut.
Related Post
Direktur Pengembangan Ekosistem Digital Otoritas IKN, Tonny Agus Setiono, mengungkapkan bahwa saat ini sedang dilakukan pembahasan dengan Kementerian Perhubungan untuk mengembalikan ART ke China. Sistem ART, yang digadang-gadang sebagai transportasi cerdas gabungan kereta api, trem, dan bus, ternyata membutuhkan intervensi pengemudi manual dalam situasi darurat. Hal ini membuat kinerja ART tak memenuhi standar yang ditetapkan IKN.
Padahal, kereta yang dikembangkan oleh China Railway Rolling Stock Corporation (CRRC) ini dirancang untuk beroperasi secara otomatis dengan bantuan sensor dan roda karet, mampu melaju hingga 70 km/jam (meski ditargetkan beroperasi pada kecepatan 40 km/jam), dan mampu mengangkut 307 penumpang. Kegagalan ini tentu menjadi pukulan telak, mengingat Indonesia juga berencana menerapkan teknologi serupa di destinasi wisata Kuta, Bali, untuk mengatasi kemacetan.
Keputusan untuk menggunakan ART di IKN sendiri diambil setelah kunjungan mantan Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi ke China awal Januari lalu. Kolaborasi dengan China dalam proyek kereta api memang tengah gencar dilakukan Indonesia, seperti terlihat juga pada proyek kereta cepat Jakarta-Bandung. Namun, kegagalan ART ini menimbulkan pertanyaan besar tentang efektivitas kerjasama tersebut, dan mengingatkan kita pada pertimbangan ulang strategi pengembangan transportasi publik di Indonesia.
Tinggalkan komentar