Wartakini.id – Kereta Autonomous Rapid Transit (ART) di Ibu Kota Nusantara (IKN) belakangan menjadi sorotan karena sering mengalami masalah teknis. Sistem otomatisnya yang diklaim canggih, justru kerap bermasalah dan menyebabkan mogok. Namun, di balik masalah tersebut, tersimpan teknologi menarik yang patut diulas.
Related Post
ART, yang digambarkan sebagai perpaduan trem dan bus, unik karena beroperasi di jalan raya biasa, bukan rel. Teknologi ini awalnya dikembangkan di China oleh CRRC Corporation Limited pada 2017 di Zhuzhou, Provinsi Hunan. Tujuannya mulia: mengurangi ketergantungan kendaraan pribadi dan meningkatkan efisiensi transportasi publik.
Konsep ART lahir dari perpaduan LRT (dua kepala) dan BRT (roda ban), yang dipadukan dengan teknologi listrik dan otonom. Hasilnya? Moda transportasi yang lebih fleksibel, efisien, dan ramah lingkungan. Keunggulannya terletak pada kemampuannya beroperasi di jalan umum tanpa rel, sehingga lebih murah dan mudah diimplementasikan.
Sistem kerjanya sederhana: ART mengikuti garis putih yang dilukis di jalan. Kendaraan sepanjang 30 meter ini menggunakan ban karet dan mampu menempuh jarak lebih dari 40 kilometer. Sistem navigasi otonomnya mengandalkan sensor LIDAR, radar, dan kamera untuk memetakan lingkungan, menghindari rintangan, berinteraksi dengan infrastruktur lalu lintas, dan mengikuti rute yang telah diprogram.
Sistem kendali elektronik ART mengatur kecepatan, pengereman, dan arah secara real-time. Teknologi komunikasi V2X (Vehicle-to-Everything) memungkinkan ART berkomunikasi dengan infrastruktur, kendaraan lain, dan pejalan kaki, demi keamanan dan kenyamanan penumpang. Namun, masalah yang sering terjadi mengindikasikan tantangan dalam implementasi teknologi canggih ini di lapangan. Investigasi lebih lanjut diperlukan untuk mengungkap penyebab sering mogoknya ART di IKN dan mencari solusi agar sistem transportasi ini dapat berfungsi optimal.
Tinggalkan komentar