Kredit Macet? Pertumbuhan Kredit Perbankan Cuma Sekian!

Kredit Macet? Pertumbuhan Kredit Perbankan Cuma Sekian!

Wartakini.id – Pertumbuhan kredit perbankan di Indonesia pada Juli 2025 ternyata melambat. Bank Indonesia (BI) mencatat angka pertumbuhan kredit hanya mencapai 7,03% (year on year), turun signifikan dari angka 7,77% pada bulan Juni 2025. Gubernur BI, Perry Warjiyo, mengungkapkan hal ini dalam Konferensi Pers RDG di Jakarta, Rabu (20/8). Penyebabnya? Bukan hanya satu faktor, melainkan gabungan beberapa hal yang cukup kompleks.

Menurut Perry, permintaan kredit dari pelaku usaha masih lesu. Banyak perusahaan memilih untuk menggunakan pembiayaan internal, alih-alih mengajukan kredit ke bank. Kondisi ini terlihat jelas dari pertumbuhan kredit modal kerja yang hanya mencapai 3,08% (year on year), jauh di bawah pertumbuhan kredit konsumsi yang mencapai 8,11% (year on year). Meskipun kredit investasi menunjukkan pertumbuhan yang cukup tinggi, yakni 12,42% (year on year), hal ini belum cukup untuk mengimbangi perlambatan di sektor lain.

Kredit Macet? Pertumbuhan Kredit Perbankan Cuma Sekian!
Gambar Istimewa : img.okezone.com

Pertumbuhan kredit UMKM juga masih tergolong rendah, hanya 1,82% (year on year). Sementara itu, pembiayaan syariah mencatat pertumbuhan yang lebih baik, mencapai 8,31% (year on year). Dari sisi penawaran, BI telah memangkas suku bunga dan melonggarkan likuiditas. Namun, perbankan tetap berhati-hati dan cenderung menempatkan kelebihan likuiditas pada surat berharga, bukan menyalurkannya sebagai kredit.

Pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK) yang mencapai 7% (year on year) sebenarnya menopang likuiditas perbankan. Peningkatan ini didorong oleh ekspansi keuangan pemerintah. Namun, hal ini belum cukup untuk mendorong perbankan meningkatkan penyaluran kredit. Sektor yang masih cukup aktif dalam menyerap kredit adalah sektor berorientasi ekspor seperti pertambangan dan perkebunan, serta sektor transportasi, industri, dan jasa sosial.

BI menegaskan komitmennya untuk mendorong penyaluran kredit. Langkah yang akan diambil antara lain melalui kebijakan makro yang longgar dan sinergi yang lebih erat dengan Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK). Di sisi lain, neraca pembayaran Indonesia tetap terjaga dengan baik, ditopang oleh surplus neraca perdagangan barang sebesar USD4,1 miliar. BI memperkirakan defisit transaksi berjalan tetap rendah pada triwulan II/2025.

Jika keberatan atau harus diedit baik Artikel maupun foto Silahkan Laporkan! Terima Kasih

Tags:

Ikuti kami :

Tinggalkan komentar