Wartakini.id, Jakarta – Perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dan China kembali membara setelah Presiden Donald Trump mengumumkan potensi pengenaan tarif hingga 100% untuk semua barang impor dari Negeri Tirai Bambu. Langkah agresif ini memicu kekhawatiran akan eskalasi konflik ekonomi antara dua kekuatan dunia tersebut.

Related Post
Berikut adalah rangkuman fakta-fakta penting yang melatarbelakangi dan dampak dari kebijakan kontroversial Trump ini:

-
Balas Dendam Logam Tanah Jarang: Kebijakan Trump ini diduga kuat merupakan respons terhadap langkah China yang memperketat kontrol ekspor logam tanah jarang. Komoditas krusial bagi industri teknologi ini didominasi oleh China, dan pembatasan tersebut membuat AS geram. Trump menyebut langkah China itu "sangat, sangat buruk".
-
Eskalasi Perang Dagang: Kebijakan ini berpotensi menghidupkan kembali perang dagang yang sempat mereda setelah proses diplomasi panjang. Para analis khawatir pembatasan ekspor perangkat lunak AS ke China juga akan menjadi pukulan telak bagi sektor teknologi China, termasuk komputasi awan dan kecerdasan buatan.
-
Saham Teknologi Berguguran: Pasar saham AS langsung bereaksi negatif. Saham-saham perusahaan teknologi raksasa seperti Amazon, Tesla, Nvidia, dan Advanced Micro Devices mengalami penurunan signifikan, lebih dari 2%.
-
Kejutan Bagi Pasar: Langkah Trump ini mengejutkan pasar global dan mengancam hubungan yang sudah tegang antara dua ekonomi terbesar dunia. Ketidakpastian ini memicu aksi jual besar-besaran di bursa saham.
-
Indeks Saham Terjun Bebas: Tiga indeks saham utama AS mengalami penurunan tajam. S&P 500 dan Nasdaq mencatat penurunan persentase harian terbesar sejak 10 April. Secara mingguan, S&P 500 mencatat penurunan terbesar sejak Mei, sementara penurunan Nasdaq dari Jumat ke Jumat merupakan yang tertajam sejak April.
-
Volatilitas Pasar Meningkat: Para ahli menilai pengumuman Trump yang mendadak memicu volatilitas ekstrem di pasar. Kepala Strategi Pasar Carson Group, Ryan Detrick, mengatakan pasar bereaksi dengan mentalitas "jual dulu, tanya belakangan" karena ketidakpastian yang disebabkan oleh kebijakan tersebut.
Dengan tensi yang terus meningkat, masa depan hubungan dagang AS-China dan dampaknya bagi ekonomi global masih menjadi tanda tanya besar.










Tinggalkan komentar