Dalam sebuah pidatonya, Presiden Jokowi menyatakan untuk benci produk asing. Lantas pernyataan itu meluas intepretasi kemana-mana.
Pada waktu yang sama pihak-pihak oposisi yang cenderung sinis pada semua kebijakan Presiden, memanfaatkan momentum ini untuk kembali menghardik Presiden.
Pro dan kontra dari pernyataan Presiden juga membangun sebuah debat yang bersifat semantik dari kata benci tersebut. Sekalipun Menteri Perdagangan telah memohon maaf atas masukan kepada Presiden, dan hardikan pun tetap tetap berlangsung.
Menurut Abi Rekso seorang penulis dan penggiat media sosial, kata benci yang dilontarkan Presiden harus dimaknai secara semantik. Dirinya mengartikan bahwa kata benci itu bukan berarti anti terhadap produk asing. Melainkan mengajak untuk berpihak pada produk lokal dan UMKM Indonesia.
“Pesan Presiden itu sangat dalam. Saya menafsikan itu pesan kepada para elit pemerintahan. Agar menjadi contoh kepada anak buah. Karena masih banyak para pejabat yang menggunakan produk mewah buatan luar negri. Inti maksudnya adalah itu” papar Abi Rekso.
Abi juga menjelaskan, benci itu bukan berarti anti terhadap produk asing. Tetapi kesadaran kita harus mulai mencintai produk dalam negri, dan membatasi menggandrungi produk asing luar negri.
“Sekarang sudah banyak sekali produk fashion, utilitas dan gaya hidup yang berbasis lokal. Bukan saja akan meningkatkan industri kreatif dan UMKM, namun memperluas aktualisasi anak-anak muda untuk mewujudkan imajinasinya” jeas Abi Rekso.
Jadi Abi menekankan tidak perlu dikontraskan pernyataan Presiden terkait “benci produk asing”, itu hanya cara lain untuk membangun kesadaran mencintai produk dalam negri sekaligus satir terhadap lingkungan elit pemerintahan. Kita terus mendorong semangat Presiden untuk bisa menyentuh lapisan masyarakat luas.