Jakarta, WARTAKINI.id – Kepala Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia (BPSDMI) Kementerian Perindustrian Eko S.A Cahyanto menjelaskan Industri manufaktur Indonesia telah memiliki daya saing kuat guna menghadapi pasar global.
Saat ini ini Indonesia masuk dalam kategori Upper Middle Quintile berdasarkan Industrial Development Report 2020 yang dirilis United Nation Development Organization (UNINDO).
“Kita memiliki peringkat lebih tinggi dibanding India di level 39 dan Filipina 41, serta Vietnam dengan urutan 43,” katanya dalam rilis resmi, Rabu (17/12).
Dia menyebutkan Indonesia menempati urutan ke 38 dari total 150 negara dalam peringkat Competitive Industrial Performance (CIP) Index tahun 2019. Capaian tersebut naik satu peringkat dibanding 2018 yang berada pada posisi 39. Namun, bila dibandingkan 2017, relatif sama tak ada perubahan di peringkat 38 dari 152 negara.
CIP mencakup nilai tambah manufaktur dan ekspor manufaktur yang masing-masing mencakup porsi manufaktur terhadap nilai tambah terhadap GDP, porsi teknologi menengah dan tinggi terhadap aktivitas manufaktur, dan lainnya.
Terdapat tujuh sektor prioritas yang diakselerasi untuk menerapkan digitalisasi, yakni industri makanan dan minuman, tekstil dan pakaian, otomotif, kimia, elektronika, farmasi, serta alat kesehatan.
“Ketujuh sektor prioritas ini diharapkan dapat berkontribusi pada peningkatan PDB industri, peningkatan ekspor industri dan peningkatan penyerapan tenaga kerja industri. Kemenperin telah menyusun peta jalan Making Indonesia 4.0 sebagai komitmen pemerintah dalam mendorong adopsi teknologi yang lebih masif pada sektor industri manufaktur,” katanya
Dalam mempercepat implementasi industri 4.0 di Indonesia, antara lain menyusun indeks untuk mengukur tingkat kesiapan industri dalam bertransformasi menuju industri 4.0, yang disebut Indonesia Industry 4.0 Readiness Index (INDI 4.0), dan merumuskan pembentukan ekosistem industri 4.0 (SINDI 4.0).
[Gambas:Video CNBC]
(hoi/hoi)
Sumber Berita