Jakarta, WARTAKINI.id – Institute Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) memperkirakan polusi udara yang terjadi di Jakarta bisa berdampak pada perekonomian nasional.
Peneliti INDEF Ahmad Heri Firdaus memperkirakan dampak polusi itu bisa menghambat pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar 0,02%.
“Karena DKI menjadi barometer nasional, maka akan berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi,” kata dia dalam diskusi virtual di kanal YouTube INDEF, Selasa, (22/8/2023).
Dia mengatakan potensi menurunnya pertumbuhan ekonomi ini diakibatkan oleh kebijakan work from home (WFH) atau kerja dari rumah. Sebagaimana diketahui, pemerintah DKI Jakarta memberlakukan WFH kepada 50% aparatur sipil negara untuk mengurangi polusi udara di ibu kota. Kebijakan berlaku sejak 21 Agustus sampai 21 Oktober 2023.
Heri mengatakan kebijakan WFH inilah yang secara tidak langsung berpengaruh terhadap melambatnya perekonomian Indonesia. Dia mengatakan ekonomi Jakarta paling merasakan dampaknya. Dia memperkirakan pertumbuhan ekonomi ibu kota bisa menurun 0,7%.
Dia mengatakan dengan kebijakan WFH, maka setiap ASN diwajibkan bekerja dari rumah. Dengan demikian, mereka tidak akan mengeluarkan biaya, seperti untuk transportasi atau makan di luar. Dengan demikian, konsumsi masyarakat akan menurun yang pada akhirnya berimbas pada melemahnya pertumbuhan ekonomi.
Dia mengatakan kebijakan WFH hanya bisa dilakukan sebagai solusi sementara upaya mengurangi polusi. Dia mengatakan pemerintah butuh mencari solusi jangka panjang, yakni mengatasi sumber utama penyebab polusi.
Dia menduga penyebab utama polusi itu adalah keberadaan PLTU bertenaga batubara yang ada di sekitar Jakarta. “Harus ada upaya melakukan program transisi energi secara menyeluruh mulai dari pembangkit listrik energi baru terbarukan,” kata dia.
[Gambas:Video CNBC]
Artikel Selanjutnya
Fenomena Kantor Bak Kuburan Mulai Hilang, Ini Tandanya
(haa/haa)
Sumber Berita