Anies Baswedan, mantan Gubernur DKI Jakarta, kembali menyoroti soal "wasit" dan "aturan main" dalam konteks demokrasi. Hal ini disampaikannya dalam podcast Merry Riana, di mana Anies menegaskan bahwa dirinya tidak sakit hati atas kegagalannya dalam kontestasi politik belakangan ini.

Related Post
Anies menyinggung tiga prinsip utama dalam pemilu yang sehat: pertama, selalu ada ruang untuk bertanding; kedua, aturan main harus tetap dan konsisten; dan ketiga, wasit atau penyelenggara harus netral.

"Namun, jika wasit dikendalikan, penyelenggara tidak netral, lawan ditiadakan, dan aturan main diubah-ubah, maka demokrasi kita dalam bahaya," tegas Anies.
Pernyataan Anies ini seakan menjadi sindiran halus terhadap situasi politik terkini, di mana banyak pihak mempertanyakan keadilan dan transparansi dalam proses demokrasi. Anies juga menekankan pentingnya menjaga demokrasi sebagai sistem pengelolaan negara modern.
"Semua orang tahu di ujungnya akan ada yang terpilih dan yang tidak terpilih, pasti. Sama seperti dalam pertandingan badminton, kita tahu satu akan ditetapkan sebagai juara dan satu lagi sebagai runner-up. Tidak mungkin keduanya menjadi juara," ujar Anies.
Pernyataan Anies ini memicu berbagai spekulasi di tengah publik. Apakah ini merupakan sinyal bahwa Anies akan kembali terjun ke dunia politik? Atau hanya sekadar refleksi atas pengalamannya dalam kontestasi politik?
Tinggalkan komentar