Oleh: Her Apta Satyo (Pemerhati Pendidikan)
Hoi, orang-orang partai, jangan diam-diam saja!
Berteriaklah…
Bergeraklah…
Belanda sudah dekat !
Jangan duduk-duduk asyik saja di kursi kekuasaanmu itu. Lihatlah, ada kerusakan di 1,2 juta ruang kelas SD kita.
Aduh mak e…
Gawat nih….
Saya bertanya dalam hati, adakah partai yang benar-benar berpihak pada dunia Pendidikan kita? Yang benar-benar menjadikan pendidikan sebagai topik publik? Adakah?
Saya menggeleng.
Menggeleng keras. Sekeras kekecewaan saya yang mengantam ulu jantung pendidikan itu…
Saya kecewa sendiri, melihat fakta seakan-akan ada tirai-tirai yang memberi kelam pada ruang pendidikan kita ini yang bisa menyebabkan stagnasi atau kemunduran pendidikan itu sendiri.
Padahal, pemerintah dan DPR saangat serius memajukan Pendidikan. Itu tertuang dalam Pasal 31 ayat 4 UUD 1945 Amandemen ke 4 mengamanatkan bahwa negara memprioritaskan anggaran pendidikan sekurang-kurangnya 20 persen dari APBN serta dari APBD untuk memenuhi kebutuhan penyelenggaraan pendidikan nasional
Lebih terinci dituangkan pada pasal 49 UU Nomor 20 tahun 2003 pasal 1 yaitu Dana pendidikan selain gaji pendidik dan biaya pendidikan kedinasan dialokasikan minimal 20% dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) pada sektor pendidikan dan minimal 20% dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD).
Kurang apalagi?
Bukankah 20 % APBN dan APBD digunakan untuk kebutuhan penyelenggaraan paandidikan nasional ?
Mari kita simak data Badan Pusat Statistik (BPS) . Ternyata, pada 2022, terdapat 726 ribu atau 60,60 persen dari 1,2 juta ruang kelas SD yang rusak ringan/sedang.
Ckckckck.
Sesuatu yang sangat miris. Bayangkan, 1,2 juta ruang kelas SD rusak ! Belajar di ruang kelas yang rusak, pastilah tidak nyaman. Contoh kecil, atapnya bocor. Hujan datang. Lalu masuk ke ruang kelas. Akhirnya, murid dipulangkan. Istilahnya, belajar di rumah.
Tahukah kita berapa alokasi anggaran Pendidikan tahun 2023 ini? Ya, Rp 80,22 Triliun. Dari sejumlah anggaran tersebut, sebesar Rp38.17 triliun dialokasikan untuk pendanaan wajib.
Uang sebanyak Rp 80,22 Triliun itu bukan duit yang sedikit lho. Ini perbandingannya untuk membayangkan betapa besarnya jumlah duit segitu.
Tahukan Jembatan Suramadu? Untuk membangun jembatan Suramadu yang megah itu biayanya Rp 4,5 T . Kalau uang Rp 80,22 T itu digunakan untuk membangun jembatan seperti Jembatan Suramadu, maka akan terbangun sekitar 20 buah jembatan megah di Indonesia.
Mari kita analogikan uang sebanyak Rp 80,22 T itu jika dibangunkan untuk ruang kelas baru yang berbiaya Rp 200 juta / ruang . Untuk 10 kelas, dananya Rp 2 M. 100 kelas= Rp 20 M. Untuk 1000 kelas = Rp 200 M. Untuk 10.000 kelas= 2 T. Untuk 100 ribu kelas = Rp 20 T. Maka uang sebanyak Rp 80 T itu dapat membangun ruang kelas baru sebanyak 400 ribu ruang kelas baru.
Jadi uang Rp 80 T itu bukan uang yang sedikit, gaes.
Beranjak dari data BPS, ada 1,2 juta ruang kelas SD mengalami kerusakan. Kalau biaya rehab tiap ruang kelas hanya sekitar Rp 20 juta, maka semestinya dengan alokasi anggaran Pendidikan sebesar 20% dari APBN dan APBD , maka semua ruang kelas di Indonesia adalah ruang belajar yang nyaman bagi anak-anak bangsa.
Saya merasa tersiksa sendiri membaca data miris di ruang kelas anak-anak kita.
Saya berharap, bahkan bermimpi indah– seperti mimpinya Pak SBY bertemu Jokowi dan Megawati— ada partai yang menyuarakan gerakan yang berpihak pada dunia Pendidikan kita. Ada gerakan nyata. Ada kampanye nyata. Ada kenyataan bahwa partai itu benar-benar membela dunia Pendidikan kita. Mereka sorakkan dengan lantang dan konsen !
Adakah?
Saya berharap penuh, suatu saat nanti ada partai politik yang bergerak memperjuangkan pembangunan dunia pendidikan kita.
Ternyata, kesungguhan doa saya dikabulkan Tuhan.
Harapan saya terkabul. Harapan saya didengar oleh Tuhan Yang Maha Kuasa. Suatu ketika saya mendengar Gerakan Bela Sekolah yang sedang gencar-gencarnya dilakukan oleh Partai Solidaritas Indonesia (PSI).
Partai yang sering dihina-hina sebagian orang ini, ternyata melakukan gerakan mulia. Saya baca di berbagai media sosial, kader PSI turun ke lapangan. Mendata segala kerusakan fasilitas dan infrastruktur sekolah.
Lalu, mereka publish. Kemudian, saya baca juga dari medsos, hasil temuan itu,mereka hadapkan ke pemerintah. Mereka “desak” pemerintah untuk segera memperbaikinya. Mereka awasi secara intens sampai pada akhirnya takk ada lagi ruang kelas yang mengalami kerusakan yang dapat menganggu kenyamanan belajar.
Saya rasa PSI, asli partai yang memiliki pikiran. Partai yang peduli pada ruang Pendidikan. Partai yang paham, bahwa untuk mengatasi kemiskinan, salah satu caranya adalah dengan membangun ruang Pendidikan. Manalah ada orang pintar atau orang cerdas yang menganggur !
Saya salut sama PSI.Sama pergerakannya.
Saya mengamati PSI, yang bermesin anak-anak muda yang memiliki cita-cita untuk benar-benar dan sungguh-sungguh membangun bangsa dengan hati dan cinta.
PSI, izinkan saya menjadi “relawan”mu sepanjang masa…