Oleh: Gayatrie Lae
Orang kampung saya Trisman namanya. Ia kuli bangunan. Anaknya bertujuh. Istrinya satu. Trisman menderita sesak nafas. Entah asma atau apa, ia tidak pernah tahu. Karena, ia memang tak pernah ke dokter. Kata istrinya, Ratin, kalau penyakit Trisman kambuh ia cukup meminum jahe dan madu hutan.
Selanjutnya Trisman kembali bekerja. Seperti biasa.
Sekali-sekali Trisman berobat ke Mbah Akung . Mbah ini orang pintar. Banyak orang kampung kami dan kampung tetangga berobat ke Mbah Akung.
Sebagian ada yang sembuh, sebagian ada yang tidak.
Beberapa hari yang lalu, Trisman terinjak paku di tempat ia bekerja. Semula, tak terjadi apa-apa. Trisman mengobati lukanya itu dengan bawang campur minyak tanah. Pada hari kedua, Trisman mendemam.
Trisman tak berupaya untuk ke dokter atau ke puskesmas. Kata, istrinya, ada keinginan kami untuk memnawa Trisman ke dokter atau ke puskesmas, tapi kami tidak punya uang.
Oh, bukankah ada BPJS?
“Kami tidak sanggup membayar BPJS”, kata Ratin istri yang setia mendampingi Trisman.
Sudah sepekan Trisman tidak bekerja. Lalu dengan apa biaya hidup? “ Saya mengambil upah ke ladang orang. Alhamdulillah, cukup untuk beli beras. Lauk pauknya, kami masak pakai sayur dan dikasih garam. Asal ada beras.Yang penting anak-anak makan”, jawab Ratin yang dianggukkan oleh anak-anaknya yang berbadan kurus-kurus. Tampaknya, kurang Gizi.
Hari itu saya serahkan sedikit uang untuk sekedar beli beras bagi keluarga Trisman.
“Terimakasih !” jawab Ratin.
Lima belas hari kemudian, saya dapat kabar, Trisman meninggal dunia. Saya kira, Trisman kena tetanus serius.
Walaupun ada BPJS Kesehatan, tapi tidak semua masyarakat Indonesia yang mampu membayar iurannya, yang cendrung terus menaik.
Tragedi Trisman, mengingatkan saya kepada Partai Solidaritas Indonesia (PSI) yang memiliki program BPJS Kesehatan Gratis kalau PSI menang.
Sungguh, PSI telah merebut hati saya. Hati kita; barangkali. Perjuangan BPJS Gratis adalah perjuangan kemanusiaan. Sekiranya, PSI menang.Lalu, BPJS gratis. Saya yakin, tak akan ada trisman-trisman yang lain yang tak mampu ke dokter sebelum penyakit merenggut nyawanya.
Trisman meninggal karena tak mampu membayar BPJS. Tak ada uang untuk berobat ke dokter. Tak ada uang untuk membayar iuran BPJS. Jangankan untuk membayar iuran BPJS, cukup makan sehari saja; alhamdulillah !
Kini, rasa kemanusiaan saya tersentuh. Untuk kemanusiaan, saya akan bergerak berjuang bersama orang-orang yang tak mampu membayar iuran BPJS untuk memenangkan PSI. Saya akan ajak-ajak orang orang miskin untuk memilih PSI.
Hitung-hitung, sebagai amal bagi saya kelak , yakni dengan menangnya PSI, maka itu berarti kita sudah menyelamatkan ribuan bahkan jutaan orang-orang tak mampu untuk berobat !
Dari jauh saya akan bergerak dan berdoa untuk memenangkanmu PSI. (*)